Rabu, 16 Februari 2011

Hmm..
Lama juga ya saya tidak posting di blog ini. Sebenarnya banyak hal yang ingin saya posting, banyak cerita yang ingin saya bagi kepada teman-teman, namun terkadang semua itu hanya menjadi bagian dari ‘keributan kecil’ di otak saya dan kemudian hilang begitu saja..
Namun,kali ini saya teringat lagi apa yang ingin saya posting.. Hehehe..
Yap! Banyak orang bertanya-tanya apa yang saya lakukan selama liburan kemarin. Agak basi si, karena liburan sudah selesai dan sekarang bersiap menghadapi semester baru (bahkan sudah mulai praktikum! :p), tapi gak papa deh. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.. Iya kaaann ? ^^
Sebagian kecil liburan, saya habiskan di Jogja dan Banyuwangi, kemudian seminggu terakhir liburan saya sudah kembali ke bogor lagi.
Di Jogja saya ke SEKATEN! Yeiy ^^

SEKATEN itu apa sih? Menurut kakak saya, sekaten merupakan tradisi khas keraton jogja yang diadakan untuk menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang biasa dikenal dengan Maulid Nabi. Di sekaten ini si sebenarnya seperti serangkaian acara. Namun dalam kesempatan kali itu, saya berkesempatan mengunjungi pasar malamnya saja. Pasar malamnya terletak di depan keraton, bentuknya ya seperti pasar malam. Mirip pasar kaget setiap minggu pagi di Bogor kalau saya bilang. Hehe. Namun yang unik, disini tersedia beberapa barang rumah tangga dengan harga murah. Hanya dengan 5.000 atau 10.000 saja kita bisa membawa pulang 3 macam peralatan rumah tangga. Murah bukan ^^. Tidak banyak waktu yang saya habiskan disini, kemudian saya ke Mirota Batik di Malioboro untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk teman-teman saya. 
Di Mirota Batik lain lagi ceritanya. Begitu masuk tokonya, Sreeengg..! Uhuk..Uhuk.. Bau kemenyan! Heu . Seketika saya tutup hidung dan bergegas ke lantai dua untuk menuju tempat saya memilih-milih souvenir.
Penampakan Sekaten Jogja pada sore hari.
 
Di Banyuwangi sebenarnya saya tidak melakukan hal yang istimewa karena hanya 5 hari saya di rumah. Heu,sedih. Namun, ketika di Banyuwangi, saya mencoba mempraktekkan pelajaran yang diajarkan di praktikum Mikrobiologi Pangan yaitu membuat tempe. Hehe ^^. Seperti yang diketahui, untuk membuat tempe diperlukan bahan-bahan seperti kedelai dan laru tempe. Kedelai bisa didapatkan dengan mudah dan murah di pasar Banyuwangi . Namun Laru? Heu.. Susah payah saya mendapatkannya. Dimulai dari bertanya di warung kelontong.
Saya bertanya “Bu, woten laru tempe?” (Bu, ada laru tempe?)
Penjual di warung kelontong menjawab “Opo iku? Gak ngerti” (Apa itu? Tidak tahu)
Haduh! Saya mencoba meneruskan “ Niku lho bu, obate tempe.” (Itu bu, obatnya tempe)
Ibunya menjawab “Waduh, gak ngerti aku dek. Coba takono neng toko iku” (Waduh,saya ga tau dek. Coba tanya di toko itu)
Waduh! Makin puyeng saya. Belinya ni dimanaa. Alhasil setelah bertanya kesana kemari, dengan modal nama “Obat tempe” akhirnya saya menemukan tempat penjual laru tempe.
Saya : “Pak, ada obat tempe?”
Bapaknya : “Oh, ada mbak. Ini..”
Saya diberi laru dengan berat sekitar setengah kilo ( 500 gram ) padahal saya hanya butuh 5 gram saja.
Saya : “Bapak, ada yang lebih kecil lagi gak pak?”
Bapaknya : ”Waduh, gak ada. Biasanya si nggak ngecer”
Saya : “Yaudah pak, gak jadi deh pak. Makasi ya pak “
Kalo maksain beli yang itu, mubadzir banget. Pikir saya.
Setelah bertanya kesana kemari lagi, keluar masuk toko kelontong dan muter-muter Banyuwangi, akhirnya saya menemukan toko yang menjual laru tempe dalam jumlah kecil. Alhamdulillah. Saya membawa pulang laru tempe itu dengan riang gembira. Mengelus-elusnya. Lalalala.. Akhirnya saya akan membuatkan tempe untuk ibu! Yeiy!
Hari berlalu, kedelai sudah direndam hingga asam. Saya melihat lagi laru tempe saya. Saya melihat dengan seksama kemasannya. Astaghfirullah. Larunya sudah kadaluarsa. Gimana ini.. gimana ini... Akhirnya saya mengembalikan lagi ke toko yang menjual laru tersebut, pengennya si ditukar dengan yang baru yang tidak kadaluarsa. Ternyata semua laru kemasan kecil yang ada di toko tersebut sudah kadaluarsa dan uang saya dikembalikan. Ibuuu... saya gak pengen uangnyaa.. saya pengennya laru tempee.. Huhu T.T
Akhirnya ibu saya mempunyai ide cemerlang. Beli di orang yang biasa menjual tempe. Ibu saya pun bertanya pada penjual tempe. Lalu sang penjual tempe yang baik hati itu pun menyuruh saya dan ibu bertamu ke rumahnya. Lalu kita diberi laru tempe gratis dalam jumlah yang cukup banyak, yang cukup untuk membuat tempe dari  4 kilo kacang kedelai. Alhamdulillah ^^
tempe
Akhirnya saya membuat tempenya. Ibu memperhatikan dengan seksama hingga proses terakhir. Namun sayang, saya tidak bisa mencoba tempe bikinan saya karena pada saat saya akan kembali ke Bogor, tempenya belum jadi. Tapi kata ibu, tempe saya enak. Beda dengan yang dipasar (ya iyalah, ngupas kedelainya aja setengah mati. Heheh ^^). Akhirnya sampai sekarang ibu jadi senang membuat tempe sendiri. Alhamdulillah, ilmu yang saya dapatkan berguna untuk satu orang. Orang yang saya sayangi. Ibu ^^
Dan akhirnya saya kembali lagi ke Bogor.
*Lanjut di Bahasa Inggris dan Memasak.

Kirim pesan kamu disini....

Dyarilonia . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates