Central Park. Manhattan. New York City. Menjelang sore.

Aku tersentak dari lamunan ketika sehelai daun maple berwarna kemerahan jatuh menimpa keningku. Musim gugur tahun ini seolah datang terlalu cepat. Langit terlihat masih membiru cerah dan bernoda kilau matahari. Tak jauh dari tempat dudukku, seorang gadis kecil menggesek biolanya memainkan Ode to Joy Beethoven di hadapan seorang lelaki tua berambut keperakan.

Hatiku berdesir iri melihat kehangatan yang terpancar di mata kakek dan gadis kecil itu. Mereka sama sekali tak terusik oleh musim gugur yang menyelinap diam-diam di balik dedaunan maple. Mataku terpejam. Mataku basah. Aku teringat pada kakekku. Kakek yang membesarkan aku selama setahun ketika aku menginjak kelas 4 SD. Beliau mengajarkanku menjadi gadis kecil yang lincah. Beliau mengajarkanku hakikat dari kebahagiaan. Bahwa kebahagiaan itu adalah tentang bersyukur.

Aku melangkahkan kaki menuju kedai Baggle di seberang jalan. Membeli sekeranjang besar baggle kemudian membawanya ke apartemenku yang tidak jauh dari Central Park. Aku kembali terduduk di meja kerjaku yang terletak di tepi jendela yang kubiarkan terbuka, membawa angin musim gugur yang sejuk. Mataku terpejam kembali. Sulit menghilangkan bayang-bayang kakek dari otakku.

Aku teringat hari itu. Tepat di hari ulang tahunku yang kesepuluh....